Dalam dunia peternakan yang penuh bersama dengan inovasi, satu model unggas baru saffrons spice sudah muncul bersama dengan model yang mengguncang pandangan kami mengenai ayam.

Ayam tanpa bulu, atau yang kerap disebut naked chickens atau ayam telanjang, sudah membawa dampak perbincangan sengit di kalangan masyarakat.

Dilansir dari UPI , Sabtu (15/7/2023), dikembangkan lewat pengembangbiakan selektif yang cermat, model ayam ini tawarkan solusi fresh untuk kasus lazim yang dihadapi peternakan ayam: kelebihan panas.

Namun, keunikan mereka membawa dampak para penonton terpukau dan terbelah antara keterpesonaan dan keterkejutan.

Perbedaan drastis dari ayam tanpa bulu ini terletak pada tampilan mereka yang tak lazim. Ketika melihatnya untuk pertama kali, mata tak dapat mencegah dari pandangan aneh ini.

Alih-alih bulu lebat yang biasa kami simak pada ayam biasa, kulit mereka terpapar langsung. Memang, ini adalah panorama yang tidak biasa dan mencegah dari dari apa yang kami kenal sebagai “normal” didalam dunia ayam. Namun, keunikan inilah yang jadi kekuatan tarik utama dari ayam tanpa bulu.

Keberadaan ayam tanpa bulu ini berkat upaya seorang ahli pengembangbiakan unggas terkemuka, Avigdor Cahaner dari Israel.

Meskipun terdapat spekulasi dan kontroversi mengenai metode pengembangbiakannya, Cahaner sudah memastikan bahwa dia mencapainya lewat pemaduan selektif antara ayam bersama dengan leher tanpa bulu secara alami dan ayam broiler biasa.

Ini bukan hasil modifikasi genetik, tapi suatu pencapaian didalam pengembangbiakan yang sudah terjadi sepanjang lebih dari 1/2 abad.

Tanpa Bulu Bukan Berarti Tanpa Manfaat

Keunikan ayam tanpa bulu tidak hanya terbatas pada penampilannya yang mencolok. Mereka termasuk tawarkan sejumlah fungsi yang menarik.

Ayam ini diklaim punyai mengkonsumsi pakan yang lebih rendah dan tingkat perkembangan yang lebih cepat. Mereka dapat bertahan didalam suhu yang lebih tinggi tanpa perlu pendingin udara yang mahal, yang merupakan berita baik bagi peternak di daerah beriklim panas.

Selain itu, proses pencabutan bulu mereka jadi lebih mudah, memungkinkan peternak untuk menghemat pas dan tenaga didalam persiapan daging.

Namun, keunikan ini termasuk menghadirkan tantangan baru bagi ayam tanpa bulu. Kulit yang terbuka membawa dampak mereka lebih rentan pada serangan parasit, penyakit kulit, dan lebih-lebih luka bakar matahari.

Tidak hanya itu, ayam jantan didalam model ini mengalami susah didalam proses perkawinan sebab susah mereka didalam menjaga keseimbangan pas mengibaskan sayap yang tidak berbulu.

Meskipun keberadaan ayam tanpa bulu ini menyebabkan pembicaraan dan pandangan yang beragam, tidak dapat dipungkiri bahwa mereka tawarkan suatu hal yang unik dan tak muncul di awalnya didalam dunia peternakan. Apakah masyarakat akan menerima mereka bersama dengan tangan terbuka atau selalu skeptis pada tampilan mereka yang “tidak alami,” hanya pas yang akan memberi tambahan jawaban.

Bagaimanapun, ayam tanpa bulu sudah mengambil keputusan jejaknya di dunia peternakan sebagai suatu keunikan yang tak terbantahkan.

Ubur-ubur Berbahaya yang Punya Mata

Spesies unik lainnya, Tripedalia maipoensis, belum lama ini ditemukan peneliti.

Nama itu dibikin berdasarkan daerah di mana makhluk berikut ditemukan yaitu di Cagar Alam Mai Po, Hong Kong.

Melansir Live Science , Rabu (26/4/2023), para ilmuwan di Hong Kong mendapatkan ubur-ubur kotak kecil berwujud kubus di tambak udang payau.

Makhluk itu sama sekali belum dulu diteliti atau ditemukan sebelumnya, belum tersentuh oleh para peneliti.

Ubur-ubur berukuran kecil itu punyai tubuh yang benar-benar transparan dan tidak berwarna.

12 tentakel yang di ujungnya terdapat sebuah susunan kecil layaknya dayung, terhubung pada tubuh makhluk itu.

Dengan susunan tentakel tersebut, ubur-ubur ini dapat melaju lebih cepat di air dibandingkan bersama dengan biasanya spesies ubur-ubur lainnya.

Seperti ubur-ubur berwujud kotak lainnya, tidak benar satunya ubur-ubur kotak Australia (Chironex fleckeri) yang disebut hewan laut paling berbisa di dunia, ubur-ubur yang baru dilukiskan ini punyai 24 mata yang tersusun didalam enam group di kurang lebih bagian tubuhnya yang menyerupai lonceng dan berwujud kubik.

“Ubur-ubur kotak ini menghubungkan pangkal tentakel dan loncengnya,” kata Qiu Jianwen, profesor di Departemen Biologi di Universitas Baptis Hong Kong yang memimpin penelitian tersebut.

“Membuatnya berbeda dari ubur-ubur biasa lainnya,” tambahnya.

Ia termasuk menyatakan didalam sebuah video bahwa, “Ciri lain dari ubur-ubur kotak adalah punyai enam mata yang terletak di tiap-tiap segi tubuhnya.”